iman itu bukan hanya pada angan-angan dan cita-cita, bukan pula dengan bicara kata tetapi ia apa yang tersemat dalam jiwa dan dibuktikan pula dengan amalannya (langit ilahi 3 : fanzuru)

فضل التوحيد (keutamaan tauhid)

Berbicara tentang keutamaan tauhid sebenarnya terkandung unsur kewajiban untuk bertauhid. Sebab “tidak berarti bahwa adanya keutamaan pada sesuatu berarti bahwa sesuatu itu tidak wajib, karena keutamaan merupakan hasil atau buah yang ditimbulkan. Seperti sholat jama’ah yang telah jelas keutamaannya dalam hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam:
صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة

“Solat jama’ah lebih utama daripada solat sendiri, dua puluh tujuh darjat.” (HR Imam Bukhari [Kitab Adzan, bab Keutamaan Solat Jama’ah] dan Imam Muslim (Kitab Al Masajid [masjid-masjid], Bab Keutamaan Solat Jama’ah) Keutamaan yang ada pada solat jama’ah ini tidak bererti bahwa solat jama’ah ini tidak wajib.

Jadi tidak selalu bererti bahwa ketika kita berbicara tentang keutamaan tauhid bererti tauhid itu tidak wajib, sebab tauhid adalah kewajiban yang paling pertama. Tidak mungkin suatu amal akan diterima tanpa tauhid. Tidak mungkin seorang hamba bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tanpa tauhid. Sekaligus bahwa tauhid juga memiliki keutamaan.

Faedah tauhid sangat banyak, diantaranya:

1. Tauhid adalah perkara utama yang memberikan semangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa; sebab orang yang bertauhid akan beramal untuk dan kerana Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik ketika ia sendiri mahupun ketika bersama orang banyak. Sedangkan orang yang tidak bertauhid, misalnya seperti orang yang riyak, ia hanya akan bersedekah, solat dan berdzikir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa kalau ada orang yang melihatnya. Oleh kerana itu sebagian ulama salaf mengatakan: Sesungguhnya saya sangat ingin bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan melakukan ketaatan yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

2. Orang-orang yang bertauhid akan mendapatkan ketenangan dan petunjuk, sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa:
الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون


Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Nya semata yang tidak ada sekutu bagi Nya, dan mereka tidak menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sedikitpun dalam berbagai hal. Mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan pada hari Qiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.”

Syekh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –hafizhalullah- mengatakan: Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (Wahum Muhtaduun; dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah) maksudnya di dunia, (mendapatkan hidayah) menuju syari’at Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan ilmu dan amal. Mendapat hidayah dengan ilmu adalah hidayah irsyaad, sedangkan mendapat hidayah dengan amal adalah hidayah taufiq. Mereka juga mendapatkan hidayah di akhirat menuju surga. Hidayah di akhirat ini, untuk orang-orang yang zhalim (mereka mendapatkan hidayah) jalan menuju neraka jahim, sebaliknya untuk orang-orang yang tidak zhalim mendapat hidayah jalan menuju surga (yang penuh kenikmatan). Banyak diantara ulama tafsir yang mengatakan tentang firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ) mereka adalah orang-orang yang mendapatkan rasa aman: Rasa aman itu di akhirat sedangkan hidayah itu di dunia. Pendapat yang lebih tepat bahwa rasa aman dan hidayah itu bersifat umum, baik di dunia maupun di akhirat.”

Ketika ayat ini turun dirasakan berat oleh para sahabat -radliyallaahu 'anhum-. Mereka mengatakan: “Siapakah diantara kita yang tidak menzholimi dirinya sendiri ?” Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menjelaskan: “Maksud ayat tersebut bukan seperti yang kalian kira, yang dimaksud zholim dalam ayat tersebut adalah syirik, tidakkah kalian mendengar perkataan lelaki yang soleh, Luqman:
إن الشرك لظلم عظيم

“Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS Luqman: 13)

Ada beberapa jenis zalim:

1) Zalim yang paling besar aitu syirik dalam hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

2) Zalim yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri, dengan tidak memberikan haknya, seperti orang yang berpuasa dan tidak berbuka, orang yang solat malam terus dan tidak tidur.

3) Zalim yang dilakukan seseorang terhadap orang lain, misalnya memukul, membunuh, mengambil harta dan lain-lain.

Jika tidak ada kezaliman maka akan terwujud keamanan. Namun apakah keamanan yang smepurna ?

Jawapannya: jika imannya sempurna dan tidak dicampuri maksiat maka akan terwujud rasa aman yang mutlak (sempurna), jika imannya tidak sempurna maka yang akan terwujud adalah rasa aman yang kurang juga.

Contohnya: Orang yang melakukan dosa besar. Ia akan aman dari ancaman tinggal kekal di neraka, tetapi tidak aman dari azab yang akan menimpa dirinya, tergantung kehendak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (apakah diampuni atau di adzab?). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS An Nisaa` ayat 116)

Ayat ini (QS Luqman ayat 13) Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa nyatakan sebagai pemutus antara Nabi Ibrahim 'alaihis salaam dengan kaumnya ketika beliau mengatakan kepada mereka:

وكيف أخاف ما أشركتم ولا تخافون أنكم أشركتم بالله ما لم ينزل به عليكم سلطانا فأي الفريقين أحق بالأمن إن كنتم تعلمون


Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (QS Al An’am: 81)

Kemudian Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
الَّذِينَ ءامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82)

0 comments:

Post a Comment